Sabtu, 21 Februari 2015

Otak Manusia Baru Di Pakai 10 Persen, Bagaimana Kalau Sudah Di Pakai 100 Persen

Otak Manusia Baru Di Pakai 10 Persen, Bagaimana Kalau Sudah Di Pakai 100 Persen


Gue mungkin bingung dan bertanya-tanya sama otak gue, apa bener otak gue cuma di pakai 10% dari 100%?
Berawal dari gue mendownload film di Ganool.com, dan menonton Film LIMITLESS, dan gue terperangah membayangkan andai saja gue bisa ngembangin otak gue sama seperti di film.
Dan gue kembali tertarik setelah kembali lagi download Film LUCY di ganool.com..
Mungkin setelah lo semua nonton film LUCY, udah nonton film Lucy belum? Film yang yang rilis Juli 2014 lalu dibintangi Morgan Freeman dan Scarlett Johansson, dan Film LIMITLESS film tahun 2011 yang di bintangi oleh, Robert De Niro dan Bradley Cooper.
Inti dari Film ini mengangkat Tema bahwa otak manusia itu hanya di pakai 10% dari 100%, plot film sama-sama memakai obat terlarang  untuk meningkatkan kapasitas otak dari 10% sampai 100%.
Mungkin ada yang belum nonton film tersebut, untuk lebih tepatnya belum nonton, akan penasaran dengan ceritanya.
Dan gue di sini ga jelas in terntang refrensi Film tersebut. Kalau ingin tau film LIMITLESS dan LUCY silahkan cari di kakek Google. :-p
Setelah gue kemaren-kemaren nonton LUCY gue kembali kepada pertanyaan di atas, apa benar otak gue cuma di pake 10%?
Rasa ingin tau gue muncul dan jadilah googling mencari kebenaran, dan maklum hal yang berbau sains gue ga bagitu ngerti, dan gue cuma mau tau akan FAKTA tersebut.
Akhirnya setelah surfing kesana kemari gue nemu postingan yang menurut gue bagus, dan menambah pemahaman tentang Kebenaran Otak Kita.
Kembali kepada Film LUCY menceritakan Scarlett berubah jadi super pinter, bisa belajar satu hal dengan super cepat, tau super banyak hal, super jago bela diri, sampe punya super power, kayak kemampuan telekinesis, menghentikan waktu, dsb.
Secara film, menurut gw pribadi nih, it’s just another action-science fiction movie. Lumayanlah buat entertainment ngisi waktu luang. Apalagi kalo lo suka mantengin si seksi Scarlett beraksi di film action :-D
Tapi, nih film bikin gw geregetan dan facepalm. Apalagi kalo lo ngefans sama Morgan Freeman plus tau sains juga. Lah emangnya kenapa?
Keseluruhan plot film ini berdasarkan pada premis bahwa kita baru make 10% dari total kapasitas otak kita. Dugaan gua sih cukup banyak dari yang baca tulisan ini juga masih percaya dengan premis ini. Beberapa diantara lo juga mungkin ada yang baru aja nonton Lucy, kemudian terbuai untuk berangan-angan kemampuan apa aja yang bisa lo dapetin kalo lo bisa make lebih dari 10% otak lo.
Lo tau ga sih kalo premis “rata-rata manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya” itu adalah salah satu miskonsepsi terbesar dalam Biologi, khususnya tentang otak. (FAKTA)
Sangat keliru, tapi sangat populer. Entah kenapa otak sering banget jadi kambing hitam yang dikelilingi dengan banyak mitos, pseudoscience, dan miskonsepsi. Btw lo juga bisa Googling  pembedahan zenius sebelumnya yang berkaitan tentang otak di artikel yang membahas tentang miskonsepsi otak kanan-kiri dan otak tengah . Tapi gimana ceritanya kalo “manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya”?
Selama bertahun-tahun, banyak dokter, neuroscientists, dan jurnalis sains udah mencoba menerangkan dengan sabar ke siapapun yang mau mendengarkan bahwa ga ada satu pun basis saintifik untuk mitos otak 10% ini. Tapi mitos ini tetap aja hidup dan populer. Kok bisa sesuatu yang keliru banget bisa tetap populer begitu? Ayok lah kita bahas aja.

ASAL MULA MITOS TENTANG OTAK 10%
Semua ini bermula dari misintepretasi temuan sains yang masih kurang lengkap seratus tahun lalu.
Pada awal abad ke-20, peneliti medis yang mempelajari otak binatang dan penderita stroke menemukan bahwa bagian otak yang berbeda mengontrol aktivitas yang berbeda pula. Misalnya bagian otak A ternyata berfungsi pada bagian tubuh tertentu, misalnya bibir, bagian otak B ternyata berfungsi pada bagian tubuh lain, misalnya jari kelingking tangan kiri, dsb. Metodenya adalah dengan mencoba memberikan kejutan listrik ke area otak tertentu untuk memetakan fungsi dari tiap bagian otak. Jadi mereka mau ngeliat nih, kalo gw sentrum yang sebelah sini, kira-kira ngaruh ke fungsi atau bagian tubuh yang mana ya. Oh misalnya, kalo gw kasih kejutan listrik ke saraf okulomotor di otak, kelopak mata gw bergerak.
Nah, dengan metode seperti itu, para saintis mencoba memetakan fungsi otak yang disetrum dengan efek rangsangan pada gerakan motorik (gerak) manusia. Hasilnya? ternyata hanya 10% bagian otak doang yang memberi respond ketika distimulasi dengan aliran listrik. Sedangkan 90% bagian otak yang lain, ga ada satu pun otot di tubuh yang bergerak atau berkedut sedikit. Saintis pada saat itu melabeli 90% area tersebut sebagai silent cortex karena fungsinya BELUM diketahui.Inget, “belum diketahui” bukan berarti “tidak berfungsi sama sekali” yaah…
Sayangnya, orang-orang dari ranah non-sains pada saat itu mengira 90% area tersebut benar-benar dorman (ga aktif) permanen. Di sinilah miskonsepsi 10% otak itu dimulai. Mulai deh tuh premis ini bermunculan di buku-buku self help,motivasi, film (salah satunya film Lucy itu), sampe bermunculan juga program-program peningkat daya guna otak. Salah satu yang terkenal dan diduga menjadi buku pertama yang menggunakan premis ini adalah buku “How to Win Friends and Influence People” yang ditulis oleh Dale Carnegie pada tahun 1936. Buku ini jadi salah satu buku self-development yang best selling pula. Tapi yah emang bisa dimaklumi sih karena buku ini ditulis pada saat sains belum berkembang seperti ini, dan isi dari buku tersebut juga gak sepenuhnya membahas tentang konteks ini.
Selain itu, bahkan ada juga yang mengaitkan premis otak 10% ini dengan Albert Einstein., bahwa sebetulnya Einstein yang sejenius itu aja ternyata cuma menggunakan 10% dari otaknya. Ada juga yang bilang bahwa Einstein sendiri yang mengatakan hal itu. Entahlah gua juga ga tau juga kenapa ada klaim ngaco seperti itu. Mungkin karena Albert Einstein sering dipake sebagai simbol orang jenius, jadi sering dimanfaatkan juga nama besarnya. Akhirnya sih di tahun 2004, pencarian komprehensif terhadap arsip Einstein di Institut Teknologi California tidak menemukan bukti sama sekali kalo Einstein pernah melontarkan premis serupa.

SAINS TERKINI MENJAWAB MISKONSEPSI OTAK 10%
Ingat kah kalian pelajaran Biologi kelas 7 SMP atau kelas 10 SMA tentang Metode Ilmiah? Di sini kita belajar kalo sains terus berkembang dan harus selalu terbuka untuk difalsifikasi (dipatahkan) jika ada bukti dan data-data terbaru yang ditemukan atau dengan pemahaman baru yang lebih komprehensif. Jadi sains harusnya memiliki sifat auto-critic atau harus selalu bisa mengevaluasi kembali pemahamannya.
Nah, hal yang sama juga harusnya berlaku untuk setiap fenomena yang diklaim oleh saintis, termasuk penelitian tentang otak 100 tahun yang lalu. Peneliti otak jaman sekarang udah punya peralatan yang lebih canggih sehingga bisa mengambil kesimpulan yang jauh lebih tepat tentang pemetaan fungsi otak terhadap akvitias tubuh manusia. Untuk mengamati fungsi otak, kita udah punya fMRI, CT Scan, dan PET Scan, EEG, dsb yang hasilnya bisa diolah secara kuantitatif maupun grafis dengan sangat presisi di komputer. Pastinya beda banget sama jaman 100 tahun yang lalu, peralatan saintis kala itu cuma berupa jepit elektroda yang cuma bisa kasih kejutan listrik doang.
Dengan alat canggih yang kita punya sekarang, kita bisa mengobservasi aktivitas virtual otak (ga cuma aktivitas fisiknya aja), misalnya gelombang otak atau hormon-hormon yang bereaksi di otak. Keempat alat di atas bisa ngebantu para peneliti dan pekerja medis untuk mengetahui secara jauuuh lebih akurat bagian otak mana yang mengontrol kegiatan tertentu. Nah, dengan alat-alat canggih ini juga ditemukan bahwa ga ada tuh bagian otak yang dorman. 90% silent cortex itu juga punya fungsi, yaitu pusat kontrol kognitif manusia, seperti kemampuan berpikir dan menggunakan bahasa.
Ya pantas aja kalo 90% diberi sengatan listrik ga bikin satu pun otot di tubuh kita berkedut, toh fungsinya bukan buat motorik (gerak), tapi lebih ke fungsi yang tidak bisa diobservasi dengan kasat mata, seperti fungsi untuk bisa berpikir secara logis, untuk memahami bahasa verbal, atau untuk menangkap emosi orang lain. Yang begituan ya mana mungkin ke-detect sama alat eksperimen jaman dulu, yang cuma bisa melihat hasil stimulasi yang bersifat motorik (gerak) doang.
Memang benar kalo bagian otak yang berbeda memiliki fungsi yang berbeda pula, dan ga semuanya bekerja dalam waktu yang bersamaan. Namun, hasil scan otak selama periode 24 jam, menunjukkan bahwa seluruh bagian otak kita pasti kepake dan terus aktif dalam satu hari. Pas lo lagi bengong dan nothing to do juga, otak lo masih bekerja. Bahkan saat lo tidur, bagian seperti frontal cortex, yang mengontrol kemampuan berpikir, self-awareness, dan somatosensorymasih aktif. Makanya kalo lo tidur, lo bisa kebangun kalo dipanggil Mama buat disuruh beli belanjaan di Minimarket :p
Lagipula, kalo benar manusia selama ini bisa fine-fine aja dengan menggunakan 10% otaknya, berarti 90% nya dorman sia-sia gitu? Menggunakan perspektif evolusi, ini ga efisien banget. Otak itu konsumtif banget dalam penggunaan energi tubuh. Walaupun berat otak cuma 5% dibandingkan total berat tubuh kita, organ ini mengkonsumsi hingga 20% suplai oksigen dan glukosa dalam tubuh. Ngapain kita mempertahankan 90% bagian otak lain selama ribuan tahun evolusi kalo emang tanpa itu kita masih bisa beraktivitas dengan baik? Kenapa ga “dihilangin” aja?
Kenyataannya, kalo manusia cuma menggunakan 10% otaknya, kita akan rentan banget dengan kelainan otak. Ga ada satu pun area di otak yang kalo di-nonaktif-kan ga akan menimbulkan efek yang fatal. 90% dari otak ga aktif itu udah sama kali kayak orang koma. Kenyataan lo lagi baca tulisan gw sekarang adalah bukti kalo otak lo masih bisa bekerja 100% kok. Kalo ada 1% aja otak lo ada yang gak berfungsi, mungkin lo udah lumpuh atau sekarat, hehe..

KENAPA MITOS OTAK 10% MASIH POPULER SAMPAI SEKARANG?
Meskipun kini pengetahuan sains makin advanced, udah ada data-data dan pemaparan logika yang mematahkan mitos ini, tapi kenapa ya kok mitos ini masih populer aja?
Premis “manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya” seakan-akan memberikan pengharapan bahwa kita bisa lebih dari kita sekarang ini. Harapan kalo ada suatu jalan untuk mengembangkan potensi kita lebih jauh dari yang sekarang.
People love fairy tale. Lo mungkin masih sering tergoda untuk berangan-angan, “Mungkin ga ya laba-laba di film Spiderman itu nyata?”, “Beneran ga sih kalo gw kena sinar radioaktif, gw bisa jadi mutan kayak di X-Men?”, atau “Seandainya gw bisa maksimalin otak gw 100%, gw bisa masuk Harvard kali ya”
Premis “manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya” memberi kita harapan kalo there’s so much more to unlock. Coba lo bayangkan kalo ada motivator atausales program otak yang menawarkan ke lo, “Dengan mengikuti training aktivasi otak 90% kami, hanya dengan biaya 3 juta rupiah, dalam waktu 2 bulan, kamu akan dapat nilai rapor 100 semua, lulus SBMPTN, menguasai 5 bahasa, dan sebagainya dan sebagainya..”
Kesannya mungkin konyol buat lo yang udah tau tentang miskonsepsi ini. Tapi bagi yang belum tau atau males nyari tau, ya bisa jadi itu tawaran yang sangat menggoda. Entah kenapa, banyak orang yang selalu tergoda untuk mendongkrak kemampuan kita dengan jalan pintas, apalagi kalau udah dibumbui bau sains, wah makin yakin aja tuh. Padahal yang bersangkutan sebetulnya belum bisa ngebedain yang sains beneran sama yang cuma pseudosains. (pseudosains: sok-sok pake istilah sains padahal ngaco secara sains)
Hal yang membuat miris adalah, banyak pseudosains dijual untuk mendatangkan profit. Sebetulnya hal ini gak perlu dikhawatirkan kalo aja masyarakat mau terus belajar, berpikir kritis, dan selalu mengkaji pengetahuan yang mereka dapetin. Tapi yah kemalasan masyarakat inilah mungkin yang membuat kenapa mitos ini tetap hidup dan populer. Bahkan terus direpetisi hingga menjadi bagian dari urban legend masyarakat kita. Jadinya ketika satu premis bisa mendatangkan duit, ya orang males lah menerima temuan baru atau mengubahbelief-nya kalo malah menutup sumber duit mereka :p
Tapi tentu ada cara kan buat mengembangkan potensi kita? Ya tentu ada lah. Tapi mau potensi lo seperti sekarang vs. potensi lo nanti yang udah lebih berkembang , sama aja lo tetap menggunakan otak lo secara 100%. Potensi yang dimiliki Bill Gates dan potensi yang dimiliki gw sama-sama berdasar dari penggunaan otak secara 100%.
Trus gimana cara mengembangkan potensi kita? Ya kembali lagi seperti yang udah sering Zenius koar-koarin. Potensi dan achievement itu adalah resultan dari kerja keras dan semangat lo dalam meraih impian lo. Ga ada yang namanya shortcut. Mau lulus SBMPTN? Ya belajar kontinu dan efektif. Mau jago menggambar atau bela diri? Ya terus latihan dan evaluasi.
Mungkin ada sebagaian orang menganggap ini pembahasan basi, tapi gue cuma mau ngasih wawasan tambahan, karena dari rasa penasaran gue, dan gda salahnya kan buat gue sebarkan pengetahuan ini..
Jadi sekarang kalo ntar masih ada teman lo yang masih percaya dengan mitos otak 10% ini, lo bisa jelasin kalo itu cuma miskonsepsi. Fakta bahwa mitos ini masih populer justru bukti bahwa manusia sepertinya baru mengerti 10% tentang otak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar